
Pati, Jawa Tengah, CN– Di tengah gembar-gembor pembangunan dan program pengentasan kemiskinan, sebuah ironi pedih terkuak di Kabupaten Pati. Mbah Sagimah (70), seorang lansia renta, harus menjalani hari-harinya selama lebih dari satu dekade di sebuah kandang kambing reyot milik tetangganya di Dukuh Karangmalang, Desa Karangsumber, Kecamatan Winong. Kisah pilu ini bukan sekadar narasi individual, melainkan tamparan keras bagi pemerintah daerah dan pusat yang seolah abai terhadap nasib warganya yang terpinggirkan. (15/05)
Keputusan Mbah Sagimah untuk hidup terpisah dari anaknya yang juga kesulitan ekonomi, setelah kembali dari perantauan di Sumatra sepuluh tahun lalu, adalah cerminan pahit dari keterbatasan dan rasa enggan menjadi beban. Dahulu, ia mencari nafkah sebagai tukang pijat keliling, namun kini, tubuhnya yang lemah dan kondisi kesehatan yang terus menurun memaksanya untuk berhenti bekerja. Uluran tangan dari tetangga dan saudara memang ada, namun ini jelas bukan solusi yang berkelanjutan dan sistematis.
Fakta bahwa seorang lansia sakit-sakitan harus menggantungkan hidup pada belas kasihan tetangga, dan tinggal di kandang kambing yang jauh dari standar kelayakan, adalah kegagalan telak pemerintah dalam memberikan jaminan sosial dan perlindungan dasar kepada warganya. Ke mana gercep pemerintah daerah dan program-program kesehatan gratis yang katanya menyasar masyarakat rentan? Mengapa seorang Mbah Sagimah harus luput dari perhatian dan bantuan yang seharusnya menjadi haknya sebagai warga negara?
Kondisi rumah Mbah Sagimah yang tak layak huni, sebuah gubuk bambu berlantai tanah yang berbagi ruang dengan kambing, adalah simbol nyata dari kemiskinan ekstrem yang seharusnya tidak lagi terjadi di negeri yang katanya sedang berjuang untuk menjadi negara maju. Bantuan beras dari desa tentu saja tidak cukup untuk mengangkat derajat hidup Mbah Sagimah. Ia membutuhkan perhatian yang lebih serius dan terstruktur, terutama dalam hal kesehatan dan tempat tinggal yang layak.
Kisah Mbah Sagimah adalah potret buram dari ketidakmampuan pemerintah dalam mengimplementasikan kebijakan pengentasan kemiskinan secara efektif dan merata. Ini bukan sekadar kasus individual, melainkan indikasi adanya masalah sistemik dalam pendataan, penyaluran bantuan, dan prioritas pembangunan di Kabupaten Pati, bahkan mungkin di tingkat yang lebih luas.
Pemerintah daerah dan pihak-pihak terkait harus segera bertindak. Jangan biarkan Mbah Sagimah dan warga miskin lainnya terus terpuruk dalam kondisi yang tidak manusiawi. Dibutuhkan tindakan nyata, bukan sekadar retorika dan janji-janji manis. Layanan kesehatan gratis yang responsif, bantuan sosial yang tepat sasaran, dan program perumahan layak huni adalah kebutuhan mendesak yang tidak bisa lagi diabaikan.
Sudah saatnya pemerintah lebih peka terhadap realitas di lapangan dan berhenti menutup mata terhadap penderitaan warganya. Kisah Mbah Sagimah adalah panggilan darurat yang menuntut jawaban dan tindakan nyata, bukan sekadar belas kasihan sesaat dari para dermawan. Keadilan sosial dan kesejahteraan rakyat seharusnya bukan hanya menjadi slogan, tetapi terwujud dalam kehidupan nyata setiap warga negara, termasuk Mbah Sagimah.*(Red)