
Kebumen, Jawa Tengah CN– 15 Mei 2025 – Dalam tausiyah yang penuh hikmah di Kebumen baru-baru ini, ulama kharismatik Gus Ulin Nuha Sodiq Suhaimi menyampaikan pesan penting mengenai bahaya laten dari sifat angkuh dan resistensi terhadap kritik. Beliau mengingatkan bahwa keyakinan berlebihan akan superioritas diri dapat menghambat pertumbuhan personal dan merusak kohesi sosial.
Gus Ulin Nuha mengupas tuntas akar permasalahan sifat takabur, menekankan bahwa sikap merasa diri lebih tinggi dari sesama adalah manifestasi penyakit hati yang menjauhkan individu dari kebenaran yang hakiki. Beliau merujuk pada khazanah ajaran agama yang secara konsisten menyerukan umat untuk mengedepankan kerendahan hati dan membuka diri terhadap perspektif orang lain.
“Samudra ilmu Allah SWT teramat luas, sementara kapasitas pemahaman manusia sangatlah terbatas. Anggapan bahwa diri sendiri adalah yang paling berpengetahuan hanyalah fatamorgana yang menyesatkan,” tutur beliau dengan penuh penekanan.
“Ketika seseorang memilih untuk mengisolasi diri dari kritik konstruktif, ia secara tidak sadar menutup gerbang peluang untuk belajar dan bertransformasi menjadi pribadi yang lebih baik.”
Lebih lanjut, Gus Ulin Nuha menyoroti urgensi untuk menelaah dan merenungkan setiap nasihat maupun kritik yang disampaikan, sekalipun terasa kurang nyaman di telinga. Beliau berpendapat bahwa seringkali, pandangan eksternal mampu mengidentifikasi (titik buta) atau kekeliruan yang luput dari pengamatan diri sendiri.
“Kritik yang dilandasi niat membangun adalah anugerah yang tak ternilai harganya. Individu yang arif akan menyambutnya dengan hati terbuka dan menjadikannya sebagai cermin untuk introspeksi diri,” imbuh beliau.
“Sebaliknya, watak angkuh akan menolak mentah-mentah setiap koreksi dan bersikukuh pada keyakinan bahwa dirinya selalu benar.”
Pesan mendalam ini diharapkan dapat menjadi memento mori bagi seluruh elemen masyarakat Kebumen, terutama bagi para pemimpin, tokoh panutan, dan setiap individu yang memiliki posisi atau keahlian tertentu. Sifat tawadhu’ (rendah hati) dan kesediaan untuk menerima kritik yang membangun merupakan fondasi esensial dalam mewujudkan masyarakat yang harmonis dan progresif.
Di akhir tausiyahnya, Gus Ulin Nuha mengajak seluruh umat untuk senantiasa memanjatkan doa agar terhindar dari sifat-sifat tercela dan dianugerahi kelapangan hati serta keluasan pikiran.
Publisher -Red