
Politik: Ustad Mundir Hasan
Gombong Soroti Dinasti Berbiaya Tinggi”
KEBUMEN – Walaupun Kabupaten Kebumen secara statistik berhasil ‘naik kelas’ satu tingkat dari predikat kabupaten termiskin di Jawa Tengah, kondisi ini belum sepenuhnya melegakan. Bahkan, kekhawatiran baru muncul: apakah perbaikan data tersebut hanya akan mengukuhkan dominasi politik berbiaya tinggi?
Pertanyaan tajam ini menjadi tema sentral dalam acara “Ngobor Bareng” (Ngobrol Bareng) yang digelar oleh Ustad Mundir Hasan dari Gombong bersama sejumlah wartawan Kebumen. Dalam pertemuan yang hangat namun penuh gagasan kritis ini, Ustad Mundir melontarkan kegelisahan publik tentang sistem politik lokal yang dinilai semakin eksklusif.
Jerat ‘High Cost Politics’: Tiket Kekuasaan Hanya untuk Orang Kaya?
Ustad Mundir Hasan membuka diskusi dengan menyoroti realitas pahit di Kebumen, mulai dari pemilihan kepala desa, anggota dewan, hingga bupati, yang selalu dibayangi dengan biaya politik yang fantastis.
“Kita patut bersyukur Kebumen sudah tidak lagi di posisi buncit. Tapi, pertanyaannya, apakah perbaikan ekonomi ini akan dinikmati oleh rakyat, atau justru hanya memperkaya pundi-pundi para politisi?” tanya Ustad Mundir. “Saat biaya politik tinggi, maka otomatis hanya orang-orang kaya yang mampu membeli ‘tiket’ kekuasaan.
Ini bukan lagi kompetisi gagasan, melainkan kontes modal.”
Kondisi ini, menurutnya, menciptakan ‘Dinasti Politik Berbiaya Tinggi’ di mana figur-figur potensial dengan integritas dan kecerdasan, namun minim modal finansial, otomatis tersingkir.
Kegelisahan Ustad Mundir tidak berhenti pada kondisi hari ini. Ia mengajak semua pihak, terutama generasi muda Kebumen, untuk melakukan “Revolusi Akal Sehat.”
“Jika kita biarkan begini terus, apa yang akan kita wariskan kepada anak cucu kita? Mereka akan mewarisi sebuah sistem di mana kekuasaan hanya bisa dibeli, bukan diraih dengan kerja keras dan ide cemerlang,” tegasnya.
Diskusi ini menekankan bahwa kemiskinan politik (kekurangan ide, kejujuran, dan idealisme) jauh lebih berbahaya daripada kemiskinan struktural.
Kabupaten bisa naik kelas dari kemiskinan, tetapi jika praktik politiknya tidak sehat, maka kemajuan ekonomi hanyalah ilusi.
Menutup obrolan malam itu, Ustad Mundir Hasan menawarkan sebuah solusi yang ia sebut sebagai “Politik Waras”.
“Waktunya kita berpikir cerdas, berpolitik waras. Masyarakat harus sadar, harga satu suara kita jauh lebih mahal daripada uang tunai yang ditawarkan saat Pemilu. Suara kita adalah penentu masa depan lima tahun Kebumen,” ujarnya.
Ia mendesak agar warga Kebumen, terutama para pemilih, mulai menuntut transparansi biaya politik dan memilih calon berdasarkan rekam jejak, ide, dan integritas, bukan berdasarkan seberapa tebal dompet mereka.
“Mari kita keluar dari politik yang hanya dikuasai segelintir orang kaya. Politik harus menjadi milik semua orang, tempat ide terbaik yang menang, bukan uang yang paling banyak,” pungkas Ustad Mundir, menutup pertemuan dengan harapan bahwa Kebumen tidak hanya naik kelas secara data, tetapi juga secara moral dan politik.
Publisher -Red
Sumber: Ustad Mundir Hasan
Penulis – Waluyo