TAKENGON, ACEH TENGAH – Sejumlah petani cabai di Desa Jaluk dan Blang Mancung, Kecamatan Silih Nara, Kabupaten Aceh Tengah, mengeluhkan kebijakan harga pembelian serta sistem pembayaran yang diterapkan oleh Rumah Tani Nusantara. Kondisi ini dinilai semakin memberatkan petani yang tengah berjuang di tengah masa pemulihan pascabencana banjir bandang dan tanah longsor.
Salah seorang petani di Desa Jaluk yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan bahwa cabai mereka hanya dihargai di kisaran Rp8.000 hingga Rp10.000 per kilogram. Harga tersebut dianggap jauh di bawah standar kewajaran pasar, meski pihak pembeli berdalih tingginya biaya logistik akibat akses jalan yang terputus.
“Kami terpaksa menjual ke Rumah Tani Nusantara dengan harga tersebut karena akses darat terputus. Informasinya, pengiriman ke luar daerah kini harus melalui jalur udara dengan biaya mencapai Rp25.000 per kilogram. Namun, harga beli di tingkat petani saat ini sangat menekan kami,” ujar sumber tersebut, Minggu (21/12/2024).
Selain masalah harga, petani juga menyoroti sistem pembayaran yang tidak dilakukan secara tunai (cash). Hingga saat ini, sejumlah petani mengaku belum menerima dana hasil penjualan hasil bumi mereka.
“Uang hasil penjualan cabai tidak langsung dibayarkan. Sampai hari ini kami masih menunggu kepastian kapan pembayaran akan direalisasikan,” tambahnya.
Kondisi di lapangan ini dinilai kontradiktif dengan fungsi ideal Rumah Tani Nusantara sebagai offtaker (penjamin komoditas). Seharusnya, peran offtaker adalah menjadi penyangga bagi petani dengan memberikan:
– Jaminan Pasar: Menyerap hasil produksi secara pasti.
– Stabilisasi Harga: Menjaga harga tetap layak melalui kontrak yang adil.
– Kepastian Pembayaran: Memastikan arus kas petani tetap terjaga untuk modal tanam berikutnya.
Situasi di Desa Jaluk ini memicu desakan agar pihak pengelola mengevaluasi kembali mekanisme penetapan harga dan sistem pembayaran agar tidak merugikan petani di tengah situasi darurat bencana.
Hingga berita ini diturunkan, pihak pengelola Rumah Tani Nusantara belum memberikan keterangan resmi terkait keluhan para petani tersebut. Redaksi masih terus berupaya melakukan klarifikasi kepada pihak manajemen Rumah Tani Nusantara serta Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Tengah guna mendapatkan penjelasan yang berimbang (cover both sides).
Petani berharap pemerintah daerah segera turun tangan untuk memastikan adanya perlindungan harga dan transparansi transaksi, sehingga sektor pertanian di wilayah terdampak bencana tidak semakin terpuruk.
Publisher -Red.
Reporter CN -Amri
Eksplorasi konten lain dari Cyber Nasional
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.











