
Musi Banyuasin, Sumatra Selatan- 11 September 2025 – Sebuah sumur minyak ilegal di Desa Kali Berau, Kecamatan Bayung Lencir, Musi Banyuasin, kembali mengalami kebakaran hebat pada Selasa, 9 September 2025. Peristiwa ini memakan enam korban jiwa, termasuk mantan Kepala Desa Beruge. Insiden ini menambah panjang daftar kecelakaan di lokasi pengeboran ilegal yang sudah beroperasi selama bertahun-tahun tanpa pengawasan.
Kebakaran yang terjadi pada Selasa siang tersebut menyebabkan sejumlah korban terluka parah. Dua korban, Romsi, mantan Kepala Desa Beruge, dan Nanda, keponakannya, dinyatakan meninggal dunia pada Rabu malam, 10 September 2025, setelah sempat menjalani perawatan intensif di RSUD Bayung Lencir. Keduanya mengalami luka bakar parah di sekujur tubuh.
Hingga saat ini, lima korban telah teridentifikasi, dengan satu korban lainnya masih dinyatakan hilang. Berdasarkan informasi dari pihak berwajib, para korban merupakan pekerja yang bertugas sebagai operator sumur minyak.
Berikut adalah daftar nama korban yang berhasil dihimpun:
* Romsi, mantan Kades Beruge (meninggal dunia).
* Nanda, warga Beruge (meninggal dunia).
* Roy, warga Kali Berau (dalam perawatan).
* Putra, warga Beruge (dalam perawatan).
* Wardi, warga Kali Berau (dalam perawatan).
Tiga dari korban berasal dari Desa Beruge, sementara dua lainnya berasal dari Kali Berau. Pencarian terhadap satu korban yang masih hilang terus dilakukan oleh tim gabungan.
Insiden ini memicu keprihatinan dan amarah publik. Berdasarkan keterangan warga setempat yang ditemui di lokasi, sumur minyak ilegal ini sudah beroperasi selama lebih dari tujuh tahun tanpa adanya penindakan dari aparat penegak hukum.
“Kejadian seperti ini sudah sering terjadi. Kami mendesak pihak Polres Muba dan Polsek Bayung Lencir untuk segera menindak tegas para pemilik sumur ilegal ini dan menetapkan mereka sebagai tersangka. Sudah ada korban jiwa, tidak bisa lagi dibiarkan,” ujar seorang warga yang namanya tidak mau disebutkan.
Warga menduga, beroperasinya sumur ini selama bertahun-tahun tanpa tersentuh hukum karena adanya “orang kuat” di balik layar. Mereka juga mempertanyakan peran Pertamina yang seolah-olah tidak bertindak dalam menangani aktivitas ilegal ini.
Terkait dengan banyaknya informasi simpang siur yang beredar, masyarakat dan beberapa pihak menyayangkan adanya berita yang dianggap tidak akurat dan cenderung menutupi fakta. Sejumlah media lain memberitakan bahwa para korban sedang memperbaiki mobil dan sumur tidak beroperasi, sebuah narasi yang bertolak belakang dengan kesaksian di lapangan.
Untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas, masyarakat meminta media untuk menyajikan berita secara jujur dan berimbang. “Sejatinya, jurnalis harus menyajikan kebenaran agar masyarakat tidak bingung,” tambah warga tersebut.
Publisher -Red