
KEBUMEN –12 Oktober 2025– Gelaran balap motor bergengsi, Casytha Manahadap Road Race Putaran 4-2025, dipastikan batal dilaksanakan di Kebumen, kampung halaman yang seharusnya menjadi tuan rumah. Acara yang dijadwalkan berlangsung di Sirkuit Non-Permanen Alun-alun Kebumen pada 18-19 Oktober 2025 ini mendadak dipindahkan ke Alun-alun Purworejo dengan waktu pelaksanaan yang sama.
Keputusan mendadak ini memicu gelombang kritik tajam dan kekecewaan mendalam dari komunitas balap, yang secara langsung menuding birokrasi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kebumen sebagai penghalang utama.
Berdasarkan surat resmi dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Kebumen bernomor 560/2025 tertanggal 10 Oktober 2025, permohonan izin penyelenggaraan kegiatan balap di Sirkuit Non-Permanen Alun-alun Pancasila Kebumen tidak disetujui.
Surat yang ditandatangani oleh Kepala DPMPTSP, Sukamto, S.Sos., M.T., tersebut menyatakan bahwa Pemkab Kebumen tidak keberatan dengan kegiatan tersebut, namun mempertimbangkan situasi dan kondisi saat ini.
Pemkab hanya mengizinkan kegiatan dilaksanakan di Sirkuit NP Alun-alun Pancasila, tetapi dengan syarat tidak mengizinkan kegiatan tersebut dilakukan di kawasan tersebut untuk sementara waktu, demi menjaga kondusivitas wilayah. Pemkab Kebumen pun menyarankan panitia untuk mencari lokasi alternatif, seperti di Stadion Candradimuka atau Jalan Pupus (makam Sijago).
“Penolakan izin ini hanya berselang seminggu sebelum jadwal balapan, memicu kemarahan publik. Salah satu tokoh aktivis Kebumen, Sujud Sugiarto, meluapkan kekecewaannya di media sosial. Ia menyebut ajang yang seharusnya menjadi wadah kreativitas dan keterampilan pembalap lokal ini terhalang oleh “perizinan yang ribet dari oknum birokrasi Pemkab Kebumen.”
“MENGECEWAKAN… AJANG KREATIFITAS DAN KETRAMPILAN BAGI RACER-RACER KEBUMEN HARUS TERHALANG PERIJINAN YG RIBET DARI OKNUM BIROKRASI PEMKAB KEBUMEN,” tulis Sujud, menyoroti kegagalan dalam menembus perizinan demi mewujudkan mimpi para pembalap lokal.
Pemindahan lokasi mendadak ini tidak hanya mencederai semangat para pemuda, tetapi juga menimbulkan kerugian materiil signifikan. Tim balap, pembalap, dan crew telah melakukan persiapan matang, termasuk pengeluaran biaya untuk akomodasi dan logistik di Kebumen.
“Kasihan pembalap lokal yang udah pada iuran biaya (sudah mengeluarkan biaya) malah jadi enggak [tampil],” keluh salah satu pihak yang terlibat, yang percakapannya beredar di kalangan komunitas.
Panitia penyelenggara, melalui pengumuman resminya, hanya bisa menyampaikan permohonan maaf. Pamflet pengumuman dengan jelas menyatakan, “Mohon Maaf dan semoga tidak merubah semangat dan kesiapan masing-masing tim untuk tetap mengikuti kejuaraan.”
Kejadian ini kembali menyoroti isu klasik terkait birokrasi perizinan acara publik di daerah. Sulitnya perizinan untuk kegiatan yang terbukti mampu menekan balap liar dan memajukan prestasi daerah justru menimbulkan persepsi negatif bahwa Pemkab Kebumen terkesan tidak proaktif atau bahkan menghambat potensi generasi mudanya.
Meskipun kecewa, para pembalap Kebumen kini mengalihkan fokus mereka untuk tetap bertanding di Purworejo, membawa serta pesan kritis tentang pentingnya dukungan dan kemudahan birokrasi bagi kemajuan olahraga daerah.
Pemkab Kebumen kini dituntut memberikan klarifikasi transparan mengenai alasan spesifik di balik penolakan izin yang terkesan mendadak ini.
Publisher -Red
Reporter CN -Waluyo