
SUMATERA SELATAN, 4 Juli 2025 – Tersembunyi jauh di jantung Sumatera Selatan, Desa Kayuara bukan sekadar titik di peta, melainkan sebuah monumen hidup yang berdenyut dengan denyutan warisan tak ternilai: semangat gotong royong yang membara, tak lekang oleh gerusan zaman. Kisah Kayuara adalah bisikan dari masa lalu, bukti nyata bahwa keterbatasan bukanlah belenggu, melainkan percikan api yang menyulut keajaiban, lahir dari tangan-tangan perkasa rakyatnya sendiri.
Bayangkan Indonesia di tahun 1973. Udara masih murni, namun infrastruktur adalah mimpi yang jauh. Di era minim teknologi dan alat, akses jalan hanyalah khayalan. Namun di Kayuara, tak ada kata menyerah. Para sesepuh dengan kerutan bijak, pemuda dengan semangat membara, dan ibu-ibu dengan senyum tulus, semua punya satu mimpi sederhana: mereka ingin jalan. Mereka tidak menunggu uluran tangan, mereka ingin menciptakannya sendiri. Inilah semangat swadaya yang sesungguhnya!
Dari impian itu, seolah ditenun dari benang-benang emas swadaya murni dan keikhlasan hati, lahirlah Badan Jalan PMD. Setiap jengkal tanah yang dihibahkan adalah deklarasi cinta tak bersyarat. Setiap tetes keringat membasahi bumi Kayuara adalah tetesan perjuangan suci. Mereka berembuk, bermufakat, dan bahkan suara ritus “nabuh kungkung” yang khas, menggaung di antara ayunan cangkul dan linggis seadanya, seolah menyatukan jiwa-jiwa dalam simfoni pembangunan yang magis.
Gaung kebersamaan ini tak berhenti di batas desa. Ia merambati setiap celah, seolah angin sejuk menularkan energi positif, hingga merangkul desa tetangga. Dengan dada penuh kebanggaan, warga Kayuara dan Sukananti bergandengan tangan, menganyam benang-benang asa demi membangun Jalan PMD yang kelak akan menjadi urat nadi penghubung mereka.
Bantuan alat berat dari Depati Siunang dan Pertamina Tanjung Tiga melengkapi cerita ini, namun jiwa sejati dari pembangunan ini adalah persatuan yang tak tergoyahkan. Di bawah kepemimpinan Keriyo M. Gosali yang didaulat langsung oleh rakyat, sebuah jalan pun mulai terhampar. Berkat cinta akan kampung halaman dan sesama, gotong royong telah menjadi kenyataan, mengukir sebuah legenda abadi.
Jalan PMD yang tercipta di bawah naungan para Pasirah kala itu bukan sekadar jalur penghubung fisik. Ia adalah simbol nyata dari kegigihan, kemandirian, dan persatuan yang abadi. Semangat itu tak berhenti di satu titik. Ia terus mengalir, deras seperti air sungai yang tak pernah surut, hingga tahun 1973-1974. Masyarakat kembali berembuk, berinisiatif membuka jalan baru dari tepi Sungai Rambang menuju jalan Pertamina. Ini adalah bukti nyata bahwa tekad mereka untuk maju tak pernah padam, mengalir tanpa henti. Setiap langkah baru adalah bukti bahwa mimpi lain telah lahir, dan dengan gotong royong yang dilandasi cinta, mereka akan kembali mewujudkannya menjadi kenyataan.
Kisah Desa Kayuara adalah sebuah epik tentang kebangkitan jiwa pedesaan, di mana keterbatasan diubah menjadi kekuatan tak terduga, dan mimpi-mimpi diwujudkan melalui kerja keras kolektif yang tak mengenal lelah. Ini adalah cerminan paling otentik dari nilai-nilai luhur Pancasila, terutama sila ketiga “Persatuan Indonesia”, yang dihidupkan dalam setiap tarikan napas pembangunan, dalam setiap ayunan cangkul, dan dalam setiap tetesan keringat yang menetes ke bumi pertiwi.
Kisah Desa Kayuara ini terus menyebar laksana lentera, menerangi dan membakar semangat gotong royong di seluruh pelosok negeri. Karena ingatlah, saat kita bersatu, saat mimpi dan harapan bertemu dengan gotong royong yang tulus, dan semua itu dilandasi cinta, keajaiban akan menjadi kenyataan.
Publisher -Red
Editor -Jhon CN