
Bandung, 16 Agustus 2025 — Di tengah puing-puing sisa kebakaran, di mana asa sempat pudar, muncul sebuah cahaya yang menghangatkan hati. Cahaya itu datang dari seorang perempuan berhati mulia, seorang advokat bernama Serpina Lumban Toruan, S.H., yang beragama Kristen, yang tak hanya mengulurkan tangan, tetapi juga hati dan jiwa untuk Pondok Pesantren (Ponpes) Santri Sinatria Qurani.
Kebakaran pada 17 Mei 2025 lalu telah merenggut tempat bernaung para santri, meninggalkan mereka tanpa rumah dan harapan. Namun, di saat itulah Serpina hadir. Ia bukan hanya datang sebagai kuasa hukum untuk mengurus masalah legal, melainkan sebagai sosok pelindung, layaknya seorang ibu bagi 21 santri yang kini hidup di pengungsian. Ia memastikan setiap anak mendapatkan makanan yang layak, pakaian bersih, dan yang paling penting, sebuah pelukan hangat yang meyakinkan mereka bahwa mereka tidak sendirian.
“Ibu Serpina adalah malaikat yang dikirim Tuhan untuk kami,” tutur H. Aep, salah satu pengurus ponpes, dengan mata berkaca-kaca. “Beliau bukan hanya mengurus dokumen hukum, tetapi juga menanyakan kabar setiap santri, memotivasi mereka untuk tetap semangat, dan membuat kami merasa seperti keluarga. Ini adalah bukti nyata bahwa kasih sayang itu universal, tidak mengenal sekat agama atau keyakinan.”
Kisah Serpina adalah sebuah tamparan manis bagi kita semua, pengingat bahwa di balik perbedaan yang seringkali memisahkan, ada benang merah kemanusiaan yang mempersatukan. Keikhlasan Serpina, seorang Kristiani yang berjuang untuk ponpes Islam, adalah potret indahnya persatuan, toleransi, dan gotong royong yang menjadi landasan bangsa ini.
Semoga kisah ini tidak hanya menjadi berita yang lalu lalang, tetapi juga menggugah hati banyak pihak, khususnya para ulama dan tokoh agama lainnya, untuk meneladani kepedulian Serpina. Sebab pada akhirnya, kebaikan dan kasih sayang adalah bahasa yang paling fasih untuk menyentuh dan menyatukan hati manusia.
Publisher -Red