Merangin – 5 Desember 2025- Lurah Pasar Atas, Kecamatan Bangko, Mulyati, menuai sorotan tajam setelah secara emosional menyampaikan protes keras dan bahkan mengancam akan melaporkan media kepada Bupati Merangin, hanya karena merasa “tidak nyaman” dengan pemberitaan yang secara terus-menerus menyoroti kinerja dan wilayahnya.
Ancaman itu disampaikan Mulyati pada 4 Desember 2025 pukul 18.06 WIB, sebagai respons atas pemberitaan yang menyebut namanya terkait desakan warga RT 15 untuk dilakukan pengecekan ulang proyek rabat beton.
”Kalau di beritakan terus aku jadi dak nyaman, aku laporkan ke Syukur,” tegas Mulyati saat menelpon media, seolah-olah menganggap kritik pers sebagai ancaman pribadi yang harus diadukan ke penguasa tertinggi daerah.
Langkah Lurah Mulyati untuk “melaporkan media ke Bupati” dianggap sebagai tindakan yang tidak etis, otoriter, dan melanggar prinsip kebebasan pers. Dasar apa yang digunakan? Pemberitaan media adalah bagian dari fungsi kontrol sosial, terutama ketika menyangkut penggunaan anggaran negara.
Ancaman ini bukan hanya menunjukkan ketidakdewasaan dalam menghadapi kritik, tetapi juga menimbulkan kecurigaan serius. Apakah ancaman lapor ke Bupati ini merupakan upaya intimidasi agar media menghentikan pengawasan terhadap proyek rabat beton yang kini menjadi polemik?
Pertanyaan yang lebih mengusik.Mungkinkah Lurah merasa begitu terlindungi hingga berani ‘menjual’ nama Bupati Merangin, Syukur, sebagai tameng?
Apakah ini mengindikasikan adanya dugaan ‘kongkalikong’ atau restu dari level atas yang membuat Mulyati merasa di atas angin dan kebal kritik?
Kekesalan Mulyati muncul di tengah sorotan tajam warga RT 15, terutama yang tinggal di belakang TK Pembina 1, yang meminta Lurah, konsultan, dan ormas LEMPAMARI untuk melakukan pengecekan dan penghitungan ulang volume serta anggaran proyek rabat beton.
Warga, melalui Mujibur Rahman, telah menyuarakan keraguan yang sangat beralasan. Ia menyoroti perbedaan mencolok antara spesifikasi proyek saat ini dengan proyek yang seharusnya bisa direalisasikan dengan anggaran serupa.
Anggaran Rp 95 Juta Saat Ini, Panjang rabat beton hanya ± 54 meter, lebar 2.5 meter, dan ketebalan 15 cm.
Perbandingan Proyek Terdahulu (Anggaran Hampir Sama),Dapat membangun rabat beton sepanjang 100 meter lebih hingga ke sungai, dengan lebar 3 meter dan ketebalan 15 cm.
”Jauh sekali perbedaannya,” keluh Mujibur.
“Perlu dihitung kembali apakah pekerjaan ini sudah sesuai dengan dana.”
Jelas terlihat ada potensi mark-up atau ketidaksesuaian volume pekerjaan yang merugikan uang rakyat.
Dukungan RT’ yang Misterius dan Janji Palsu Pengecekan
Saat dihubungi, Mulyati mengaku mendapat dukungan dari beberapa Ketua RT yang mendorongnya untuk “maju terus” melawan pihak yang dianggap “ngacau”. Namun, saat diminta menyebutkan nama-nama Ketua RT pendukung tersebut, Mulyati menolak mentah-mentah.
Sikap tertutup ini justru memperkuat dugaan bahwa klaim dukungan tersebut hanyalah narasi pembelaan diri yang rapuh dan tak berdasar.
Selain itu, Mulyati juga berjanji akan “turun ke lapangan” untuk mengecek persoalan setelah ia kembali dari acara keluarga di Jambi. Janji ini terasa hambar, mengingat desakan warga sudah disampaikan langsung ke kantor lurah.
LSM Siap Kawal Kasus,untuk menantang Lurah agar segera Melaporbke Bupati,
Menanggapi arogansi Lurah, Rama Sanjaya dari LSM Sapurata memberi peringatan keras.
”Jangan gampang nian nyebut nak melaporkan ke Syukur bupati, jangan cak itulah dikit dikit bupati, dikit dikit lapor bupati,” sindir Rama, menegaskan bahwa jabatan Bupati bukan kartu truf untuk membungkam kebenaran.
LSM Sapurata menyatakan kesiapan penuh untuk mendampingi warga RT 15 dan media nasionaldetik.com serta Tim Perkumpulan Pimpinan Redaksi Indonesia Maju (Prima) jika Lurah Mulyati benar-benar nekat menempuh jalur pelaporan ke Bupati.
”Sayo tunggu, kalau perlu kito buek heboh Merangin ini,” tegas Rama.
Ancaman Lurah Pasar Atas terhadap media justru menjadi bumerang. Bukan hanya isu proyek rabat beton yang kini semakin disorot, tetapi juga sikap anti-kritik pejabat publik yang patut dipertanyakan.
Publik menanti, apakah Lurah Mulyati benar-benar akan membuktikan ancamannya atau hanya gertak sambal yang membuktikan ia tidak siap diawasi.*Red*
Eksplorasi konten lain dari Cyber Nasional
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.










