
Kebumen, 10 September 2025 — Program makan siang di salah satu Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Kecamatan Sempor, Kebumen, menjadi sorotan tajam setelah dua menu yang disajikan dalam dua hari berturut-turut menunjukkan kontras yang mencolok dan memicu perdebatan publik. Kritik tajam mengarah pada implementasi program gizi yang dinilai belum sesuai dengan standar.
Sebuah foto viral yang diabadikan pada hari Selasa, 9 September 2025, memperlihatkan menu makan siang yang jauh dari harapan. Disajikan dalam baki logam bersekat, menu tersebut didominasi oleh mie dengan porsi besar, sedikit potongan ayam dalam kuah, sayuran hijau, sebuah jeruk, dan yang paling mengkhawatirkan: satu bungkus saus sambal ekstra pedas.
“Ini bukan menu gizi seimbang, ini ironi,” ujar seorang orang tua yang enggan disebutkan namanya. “Anak-anak butuh protein, sayuran beragam, dan gizi seimbang. Menyajikan menu seperti ini sama saja menanamkan kebiasaan buruk dan mengabaikan isu stunting.”
Menu tersebut secara terang-terangan tidak memenuhi kriteria gizi seimbang dan standar program pemerintah. Proporsi karbohidrat sederhana yang berlebihan, minimnya variasi sayuran, dan kehadiran saus sambal pedas menegaskan kegagalan dalam perencanaan menu yang layak untuk anak-anak.
Setelah kritik keras beredar luas, menu makan siang yang disajikan hari ini, Rabu, 10 September 2025, menunjukkan perbaikan yang signifikan. Menu ini terdiri dari:
* Pasta Fusilli sebagai sumber karbohidrat.
* Potongan Ayam Goreng Tepung sebagai protein hewani.
* Sayuran Segar berupa stik wortel dan mentimun.
* Buah-buahan berupa potongan semangka yang dikemas higienis.
Menu ini secara visual dan komponen gizi tampak jauh lebih baik. Adanya variasi karbohidrat, protein, sayuran, dan buah menunjukkan respons cepat dari pihak terkait. Ini adalah langkah maju yang membuktikan bahwa masukan publik didengar dan dipertimbangkan.
Meskipun menu hari ini memberikan harapan, insiden pada hari Selasa tetap menjadi pengingat yang pahit. Makanan yang disajikan untuk anak-anak adalah investasi masa depan. Kritik ini bukan sekadar tentang sepiring mie, melainkan tentang komitmen negara untuk menjamin gizi anak-anak secara serius dan berkelanjutan.
Publik menuntut agar perbaikan ini tidak hanya menjadi respons sesaat terhadap kritik. Program makan siang gratis harus secara konsisten berpegang pada standar gizi nasional dan konsep “Isi Piringku” yang menekankan proporsi seimbang antara karbohidrat, protein, sayuran, dan buah. Pihak sekolah, dinas pendidikan, dan penyelenggara program harus dievaluasi secara berkala untuk memastikan kualitas dan akuntabilitas.
Perbaikan yang terlihat hari ini adalah awal yang baik, namun langkah selanjutnya adalah memastikan kualitas menu serupa terus dipertahankan dan bahkan ditingkatkan.
Publisher -Red
Reporter CN -Waluyo