KALIBEJI – 30 Desember 2025– Niat mulia program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SD Negeri 3 Kalibeji, Sempor, Kebumen, justru menyisakan keresahan bagi orang tua siswa. Program yang seharusnya menjamin asupan nutrisi ini justru diduga mendistribusikan bahan pangan bermasalah.
Laporan massal dari wali murid mengungkap temuan buah busuk hingga instruksi mendadak untuk tidak mengonsumsi susu yang telah dibagikan.
Berdasarkan data yang dihimpun dari laporan internal wali murid Kelas 3, sedikitnya belasan siswa melaporkan kondisi paket makanan yang memprihatinkan pada akhir Desember 2025.
Siswa berinisial D bahkan dilaporkan mengalami gejala sakit perut usai mengonsumsi paket tersebut. Selain itu, sembilan siswa lainnya, termasuk Alvira, Callista, dan Jidan, melaporkan kondisi serupa: buah yang sudah membusuk serta susu kotak yang kondisinya diragukan.
“Ini bukan sekadar masalah administrasi, tapi soal keselamatan anak-anak. Jika buah sudah busuk dan susu tidak layak dikonsumsi namun tetap sampai ke tangan siswa, di mana fungsi pengawasannya?” ujar salah satu perwakilan wali murid yang enggan disebutkan namanya.
Menanggapi polemik tersebut, pihak SDN 3 Kalibeji melalui perwakilannya memberikan klarifikasi. Pihak sekolah mengklaim bahwa secara prosedur (SOP), pengecekan telah dilakukan dan tidak ditemukan produk kedaluwarsa.
Namun, pengakuan mengejutkan muncul terkait adanya peringatan susulan dari pihak penyedia atau SPPG.
“Informasi dari PIC di sekolah kami kemarin sudah dicek sesuai SOP dan tidak ada yang kadaluarsa, namun dari SPPG kemudian menginfokan agar jika ada yang mendapat susu rasa stroberi untuk jangan diminum dan akan diganti,” tulis perwakilan sekolah dalam pesan singkat, Selasa (30/12).
Meski menjanjikan penggantian, instruksi “jangan diminum” yang datang setelah barang dibagikan dianggap terlambat dan membahayakan, mengingat sebagian siswa mungkin sudah terlanjur mengonsumsinya.
Selain masalah kesegaran, paket MBG ini juga disorot secara nutrisi. Kehadiran tiga butir telur asin dalam satu paket dinilai berlebihan karena kandungan natrium (garam) yang tinggi untuk anak usia sekolah dasar. Di sisi lain, absennya sayuran segar menjadikan paket ini dianggap belum memenuhi standar “Gizi Seimbang” yang sesungguhnya.
Dugaan lemahnya cold chain (rantai dingin) dalam distribusi susu dan penyimpanan buah menjadi poin utama yang perlu dievaluasi oleh Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan setempat.
Sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik, transparansi dari pihak ketiga atau penyedia (SPPG) kini menjadi kunci. Publik menunggu penjelasan mengapa produk yang kemudian dilarang konsumsi bisa lolos hingga ke meja belajar siswa.
Laporan ini menjadi pengingat keras bahwa program berskala nasional seperti MBG membutuhkan pengawasan berlapis.
Tanpa kontrol kualitas (QC) yang ketat, program yang bertujuan mencerdaskan bangsa ini justru berisiko menjadi ancaman kesehatan bagi generasi penerus di tingkat akar rumput.
Redaksi masih terus mengupayakan konfirmasi lebih lanjut kepada pihak penyedia barang (SPPG) dan Dinas terkait untuk memastikan perbaikan sistem pengadaan agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
Publisher -Red
Reporter CN -Waluyo
Eksplorasi konten lain dari Cyber Nasional
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.













