
Jakarta, 2 September 2025 – Insiden yang melibatkan Ketua DPRD Wonosobo, Eko Prasetyo, yang gagal melafalkan Pancasila di depan massa demonstran adalah aib yang mencoreng wajah kepemimpinan di negeri ini. Peristiwa ini tidak bisa dianggap sepele. Terlebih, alasan “tidak fokus” yang disampaikan pejabat tersebut justru memperlihatkan betapa dangkalnya pemahaman seorang wakil rakyat terhadap dasar negara.
Kita melihat insiden ini sebagai cerminan kegagalan mendalam. Pancasila bukan sekadar susunan kata yang dihafal, melainkan roh, jiwa, dan kompas moral bangsa. Ketika seorang pemimpin yang seharusnya menjadi teladan justru salah dalam mengucapkannya, maka pertanyaan besar muncul: apakah ia benar-benar memahami dan mengamalkan nilai-nilai yang ia wakili?
Permintaan maaf dengan alasan “tidak fokus” tidak dapat diterima. Bagaimana mungkin seorang pejabat yang mengemban amanah rakyat bisa tidak fokus saat berbicara tentang pilar negara? Kegagalan ini bukan hanya soal memori, tetapi soal integritas dan komitmen. Jika dasar negara saja ia tak kuasai, bagaimana kita bisa percaya ia mampu mengemban tanggung jawab yang jauh lebih kompleks dan krusial?
Masyarakat tidak butuh pemimpin yang hanya piawai beretorika kosong. Rakyat membutuhkan pemimpin yang Pancasilais sejati, yang memahami denyut nadi rakyat dan berdedikasi untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Peristiwa memalukan ini harus menjadi pelajaran berharga bagi seluruh pejabat publik untuk kembali merenungkan, apakah mereka benar-benar layak mengemban amanah rakyat.
Publisher -Red