
LUWU, CN- 29 Mei 2025 – Standar pelayanan Rumah Sakit Hikmah Belopa kembali dipertanyakan setelah insiden memprihatinkan menimpa salah seorang pasien rawat inap yang dilaporkan belum menerima jatah makan siang hingga menjelang petang pada Kamis (29/5/2025). Kejadian ini bukan sekadar kelalaian kecil, melainkan indikasi potensi kelemahan serius dalam sistem manajemen pelayanan dasar di fasilitas kesehatan tersebut.
Rasda Anggraini, pasien yang dirawat di ruang Rawat Inap Jasmine 13, baru mendapatkan makanan sekitar pukul 17.58 WITA, berjam-jam setelah waktu makan siang seharusnya. Suami pasien, yang saat itu sedang bekerja, mengungkapkan kekecewaan mendalam atas insiden ini. “Kami sangat kecewa. Seharusnya rumah sakit bisa memastikan pasien mendapat makan tepat waktu. Ini sudah hampir malam, tapi istri saya belum makan sejak siang,” ujarnya dengan nada prihatin. Pihak keluarga merasa hak dasar pasien telah terabaikan, padahal kepercayaan penuh telah diberikan kepada pihak rumah sakit.
Keterlambatan fundamental dalam pemenuhan hak gizi pasien ini menimbulkan pertanyaan besar terkait efektivitas dan akuntabilitas manajemen RS Hikmah Belopa. Pelayanan gizi adalah pilar vital dalam proses pemulihan pasien. Kelalaian sekecil apa pun dalam aspek ini dapat berdampak langsung pada kondisi kesehatan pasien yang sedang rentan, berpotensi menghambat proses penyembuhan, bahkan memperburuk kondisi mereka.
Respons dari pihak pengantar makanan yang mengaku “tidak mengetahui bahwa kamar tersebut masih dihuni pasien” justru memperparah kegelisahan. Pernyataan ini mengindikasikan adanya koordinasi yang buruk atau sistem informasi pasien yang tidak terbarukan di internal rumah sakit. Hal ini memunculkan keraguan serius terhadap protokol standar operasional prosedur (SOP) yang seharusnya diterapkan secara ketat demi keselamatan dan kenyamanan pasien.
Hingga berita ini diturunkan, tidak ada keterangan resmi yang berhasil diperoleh dari pihak RS Hikmah Belopa. Upaya konfirmasi kepada Direktur RS Hikmah Belopa juga belum membuahkan hasil karena pihak redaksi belum memperoleh kontak resminya. Sikap bungkam ini semakin menambah tanda tanya besar terhadap transparansi dan keseriusan manajemen dalam menyikapi keluhan pasien dan perbaikan layanan.
Pihak keluarga mendesak manajemen rumah sakit untuk segera melakukan evaluasi menyeluruh dan perbaikan fundamental dalam sistem pelayanan, khususnya terkait distribusi makanan pasien. Lebih dari sekadar permintaan maaf, insiden ini menuntut akuntabilitas dan jaminan bahwa hak-hak dasar pasien tidak akan lagi terabaikan di masa mendatang.
Media ini akan terus mengawal perkembangan kasus ini dan berupaya mendapatkan klarifikasi dari pihak terkait, demi memastikan prinsip akuntabilitas dan pelayanan publik yang prima ditegakkan di RS Hikmah Belopa.
Publisher -Red