
KEBUMEN, 26 September 2025 – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali menorehkan catatan hitam fatal di Kabupaten Kebumen. Sebanyak 101 siswa di Kecamatan Petanahan mendadak tumbang massal dan dilarikan ke sejumlah fasilitas kesehatan pada Kamis (25/9) malam, tak lama setelah mengonsumsi menu santap siang dari program MBG. Insiden tragis ini secara gamblang membuktikan bahwa program yang seharusnya menyehatkan kini telah berubah menjadi momok menakutkan bagi peserta didik dan orang tua.
Insiden keracunan ini ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh dokter di RS PKU Muhammadiyah Petanahan. Secara total, 37 siswa harus menjalani rawat inap, sementara 64 siswa lainnya ditangani sebagai rawat jalan karena mengalami gejala keracunan, mulai dari dehidrasi ringan hingga berat.
Keracunan massal diduga kuat berawal saat siswa dari MWI Karangduwur, SDN 3 Tegalretno, dan SMP 1 Petanahan menyantap menu MBG sekitar pukul 11.00 WIB. Makanan ini dipasok oleh SPPG Karanggadung Yayasan Saka Tunggal Bersinar (SPPI Bazimah Sabarudin dan Ahli Gizi Putri Wida Dwi Mareta). Gejala sakit, meliputi mual, muntah, pusing, hingga sesak napas, mulai dirasakan secara masif pada sore harinya. Total penerima manfaat di 2 sekolah yang terdampak adalah 101 siswa.
Dari total 101 korban, sebaran perawatannya adalah sebagai berikut:
– Puskesmas Petanahan merawat 66 siswa, dengan 28 siswa di antaranya rawat inap. Pasien rawat inap ini terdiri dari 26 siswa MWI Petanahan, 1 siswa SD Tegalretno Petanahan, dan 1 siswa SMP Petanahan.
– PKU Muhammadiyah Petanahan merawat 34 siswa, di mana 8 siswa MWI Petanahan harus menjalani rawat inap. Pasien rawat jalan meliputi 5 siswa SD IT Petanahan dan 22 siswa MWI Petanahan.
– Satu korban lain dilarikan ke PKU Muhammadiyah Sruweng dan harus menjalani rawat inap.
Indikasi kegagalan pangan terkuak dari pengakuan siswa korban. Salah satu siswi mengungkapkan standar kebersihan dan bahan baku katering MBG yang patut dipertanyakan. “Pas dibuka, bihunnya keras, ayamnya bau, sayurnya juga bau. Awalnya saya coba bergedelnya enak, tapi lama-lama ada rasa kecut,” ungkapnya.
Insiden berulang ini memicu kritik tajam dan keras terhadap seluruh instansi pengawas. Pemerintah Daerah (Pemda) Kebumen, Dinas Kesehatan, dan BPOM setempat dituding lalai total dalam menjamin standar keamanan pangan (food safety). Kelalaian ini dinilai sebagai bentuk pengabaian akut (criminal negligence) yang menempatkan nyawa anak-anak dalam risiko yang dapat dicegah.
Wahyu Jhon, Ketua Gardu Prabowo Kabupaten Kebumen Jawa Tengah, mendesak Pemda Kebumen segera bertindak tegas dan transparan.
“Ini bukan hanya masalah teknis, tapi sudah masalah nyawa anak-anak. Kami menuntut audit menyeluruh terhadap vendor MBG. Pemerintah daerah tidak boleh sungkan melakukan tindakan tegas, mulai dari pemberian SP 1, SP 2, hingga SP 3 sebagai langkah pendisiplinan maksimal terhadap pihak yang bertanggung jawab atas kualitas makanan,” tegas Wahyu Jhon.
Senada, Sariman, Bendahara LSM GMBI Distrik Kebumen, menyatakan dukungan namun menuntut perbaikan sistem mendasar.
“LSM GMBI mendukung penuh niat baik Program Makan Bergizi Gratis ini. Namun, tragedi yang berulang ini menuntut pertanggungjawaban dan keterbukaan penuh dari pelaksana. Kami mendesak Kepolisian dan Tim Epidemiologi segera mempublikasikan hasil uji laboratorium untuk mengonfirmasi sumber cemaran pangan. Kami juga tidak sungkan untuk terus mengawal dan menuntut perbaikan hingga program ini benar-benar bebas dari risiko fatal bagi anak-anak,” kata Sariman.
Program MBG tidak bisa lagi berlanjut dengan risiko fatal seperti ini. Kedua narasumber sepakat, jika tidak ada perbaikan mendasar, Pemerintah harus berani mengambil keputusan sulit untuk merevisi drastis Program MBG atau bahkan membekukannya sementara di wilayah-wilayah dengan riwayat kasus berulang. Prioritas harus dikembalikan dari sekadar jumlah porsi menjadi jaminan nol persen risiko keracunan.
“Jika pemerintah gagal menanggapi tragedi Petanahan dengan langkah-langkah fundamental ini, maka terbukti sudah bahwa mereka gagal total secara etis dan konstitusional dalam melindungi kesehatan dan masa depan anak bangsa dari momok yang diciptakannya sendiri,” tutup Sariman.
Reporter CN -Waluyo