
Lubuklinggau, CN– Gelaran acara tasyukuran kemenangan pasangan calon kepala daerah HDCU dan YOKteRUS yang rencananya akan dimeriahkan dengan festival dangdut dan senam massal menuai sorotan. Sebuah pernyataan kontroversial dari seorang tokoh agama lokal, Ustaz Fahmi, yang mempertanyakan keterlibatan seorang Disc Jockey (DJ) bernama Rerez dalam acara tersebut, memicu respons dari pihak penyelenggara.
Ricky Chairul Amri, Ketua tim Media Center Silampari, organisasi relawan di balik acara ini, angkat bicara menanggapi polemik yang berkembang. Melalui wawancara via WhatsApp pada hari ini (16/05), Ricky menjelaskan secara detail latar belakang dan teknis acara yang bertujuan untuk merayakan kemenangan kedua tokoh yang mereka dukung dalam pesta demokrasi lalu.
Menurut Ricky, acara ini murni inisiatif dari para relawan yang tergabung dalam Silampari Media Center, bukan merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Lubuklinggau. Lebih lanjut, ia meluruskan kesalahpahaman terkait peran DJ Rerez.
“Saya sangat menyayangkan pernyataan dari Ustaz Fahmi yang terkesan belum sepenuhnya menerima hasil Pilkada kemarin. Terlebih lagi, kritik tersebut dilontarkan tanpa adanya konfirmasi atau tabayun dengan pihak kami sebagai penyelenggara,” ungkap Ricky dengan nada kecewa. “Perlu ditekankan, acara ini adalah murni dari relawan Silampari Media Center, bukan program Pemkot. Dan mengenai DJ Rerez, penampilannya itu di sesi pagi hari, khusus untuk memeriahkan senam massal.”
Ricky menambahkan bahwa kegiatan ini merupakan wujud rasa syukur atas kemenangan HDCU dan YOKteRUS yang telah diperjuangkan oleh para relawan.
Lebih lanjut, Ricky justru mengarahkan perhatian pada isu lain yang menurutnya lebih mendesak untuk ditangani oleh Pemkot dan para ulama di Lubuklinggau. “Jika persoalan iringan musik DJ untuk senam pagi ini saja dipermasalahkan, lalu bagaimana dengan keberadaan tempat-tempat hiburan malam di kota ini yang secara terang-terangan menyajikan musik DJ dan bahkan minuman keras? Ini seharusnya menjadi prioritas utama bagi Pemkot dan para ulama,” tegasnya.
Dengan nada menyindir, Ricky juga menyampaikan, “Akan lebih baik jika Ustaz Fahmi memprioritaskan pembinaan kepada generasi muda yang kerap mengunjungi tempat hiburan malam yang kini semakin menjamur di Lubuklinggau. Jangan sampai pepatah ‘semut di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak’ melekat pada seorang ustaz.”
Menutup pernyataannya, Ricky mempertanyakan kembali logika di balik kritik tersebut. “Bagaimana mungkin senam massal di pagi hari yang seharusnya membangkitkan semangat justru diiringi musik melankolis? Tentu itu tidak masuk akal,” pungkasnya.
Publisher -Red
Reporter CN – Wardani