
Indramayu, 3 Juli 2025 – Ratusan jurnalis dari 21 organisasi pers di Indramayu yang tergabung dalam Forum Ketua Jurnalis Indramayu (FKJI) menggelar aksi damai di Pendopo Indramayu pada Kamis (3/7). Aksi ini menyuarakan penolakan keras terhadap keputusan Pemerintah Kabupaten Indramayu untuk mengosongkan Gedung Graha Pers Indramayu (GPI) di Jalan MT. Haryono Sindang, yang dinilai sepihak dan tanpa proses dialog.
Para jurnalis menuntut agar Pemerintah Kabupaten Indramayu, di bawah kepemimpinan Bupati Lucky Hakim, mencabut surat pengosongan GPI yang dikeluarkan oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Aep Surahman. Aksi ini merupakan puncak kekecewaan insan pers Indramayu atas keputusan pemerintah daerah yang dianggap arogan dan tidak menghargai profesi jurnalis.
Ketua Forum Perjuangan Wartawan Indramayu (FPWI), Chong Soneta, mengungkapkan kekecewaan mendalamnya. “Tindakan Bupati Lucky Hakim telah bertindak kejam dan tanpa perasaan karena mengusir 21 organisasi wartawan dari GPI tanpa musyawarah,” ujarnya. Soneta menambahkan bahwa meskipun pernah ada perbedaan pandangan di kalangan wartawan saat Pilkada, media tetap menjunjung tinggi independensi. Ia juga menyinggung adanya oknum yang dianggap sebagai penghianat dalam tubuh insan pers, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Senada dengan Chong Soneta, Atim Sawano selaku Ketua Ikatan Wartawan Online Indonesia (IWOI) menegaskan bahwa pengosongan GPI oleh 21 organisasi wartawan dinilai sebagai tindakan pengusiran terhadap keberadaan jurnalis di Indramayu. “Bila pemimpin sombong harus kita lawan. Kalau mau mengosongkan GPI harus mediasi dahulu, jangan main preman saja,” tegas Atim.
Dalam orasi yang disampaikan di tengah kerumunan wartawan, berbagai pandangan dan seruan untuk melawan kebijakan sepihak ini dilontarkan. Hendra Sumiarsa, salah seorang wartawan, menyerukan agar kaum intelektual menghadapi masalah ini dengan kepala dingin, namun juga menegaskan bahwa ada saatnya perlawanan dilakukan secara jurnalis. “Toh pasti mereka (Bupati) pasti tidak bersih-bersih amat,” sindirnya. Sementara itu, Tomi Susanto dengan lantang menyerukan agar para wartawan menduduki Pendopo Indramayu sampai ada titik temu dan solusi yang memuaskan.
Aksi unjuk rasa ini menunjukkan soliditas dan kekompakan insan pers Indramayu dalam mempertahankan hak dan martabat mereka. Para jurnalis berharap Bupati Lucky Hakim dapat meninjau kembali kebijakannya dan membuka ruang dialog untuk mencari solusi terbaik terkait nasib Gedung Graha Pers Indramayu.*(Red)